Revolusi Industri 4.0, 3.0. 2,0 dan 1,0, Apa Bedanya?
Istilah revolusi industri 4.0 mungkin sudah tidak asing lagi di telinga banyak orang kini.
Akhir-akhir ini memang istilah ini semakin gaung terdengar, terutama di kalangan milenial yang lantang dan langganan disebutkan.
Sebab, memang istilah ini cukup banyak mempengaruhi sistem kehidupan kita saat ini yang sedang berada “di tangan” kaum milenial.
Bicara soal revolusi industri 4.0, sebagian dari Anda mungkin cukup banyak yang sudah pernah belajar mengenai revolusi industri itu sendiri berikut dengan perjalanannya.
Mungkin juga sebagian dari Anda ada yang bertanya-tanya, “seperti apa revolusi 1.0, 2.0, dan 3.0?’ atau “apa sebenarnya yang dimaksud dengan revolusi industri 4.0 yang menyita perhatian banyak tokoh?”. Mari kita bahas bersama!
Nah, sebelum melompat lebih jauh ke revolusi industri 4.0, ada baiknya untuk kita pahami terlebih dahulu apa sebenarnya yang dimaksud dengan revolusi industri.
Secara sederhana, revolusi industri adalah sebuah perubahan secara besar-besaran dan bisa dikatakan radikal terhadap cara manusia dalam melakukan produksi barang, baik dalam bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, hingga teknologi.
Pengertian Revolusi Industri 4.0
Istilah revolusi industri pertama kali diperkenalkan oleh tokoh pemikir asal Jerman, Friedrich Engels pada pertengahan abad ke-19. Ia merupakan anak sulung dari industrialis tekstil yang sukses.
Pada suatu kesempatan, ia berkunjung ke Inggris untuk memimpin pabrik tekstil milik keluarganya.
Pabrik tekstil milik keluarganya ini berlokasi di Kota Manchester. Sejak saat berkunjung, kota ini pun cukup mengesankannya.
Di kota inilah ia melihat kemiskinan dan ketimpangan kelas pekerja yang membuatnya menulis dan mempublikasikan tulisan bertema ketimpangan kelas pekerja di Inggris.
Dari situlah mulai dikenal istilah revolusi industri yang kita kenal hingga saat ini dan istilahnya semakin gaung kini.
Revolusi industri di dunia tercatat sudah pernah terjadi sebanyak 3 kali, yaitu disebut dengan revolusi industri 1.0, 2.0, dan 3.0.
Selanjutnya, saat ini digadang-gadang dunia tengah menghadapi revolusi industri yang keempat, yaitu revolusi industri 4.0.
Singkatnya, pengertian revolusi industri 4.0 adalah perpaduan antara sistem cyber dengan sistem pengendalian yang berpusat pada otomisasi digital.
Dari pengertian tersebut bisa dipahami, bahwa setiap revolusi selalu diikuti dengan perubahan besar dalam berbagai bidang, seperti bidang ekonomi, politik, militer, bahkan budaya.
Satu hal yang pasti adalah pekerjaan lama jelas akan menghilang dan digantikan oleh jutaan pekerjaan baru yang mengharuskan setiap kelas pekerja beradaptasi kembali secara cepat terhadap perubahan tersebut.
Lebih dari itu, seiring berjalanannya perubahan tersebut yang mulanya terasa begitu sulit, berjalan lama, dan membuat kebutuhan lebih mahal, dalam prosesnya mendadak menjadi lebih mudah, cepat, dan murah.
Sederhananya, revolusi industri menurunkan atau bahkan meghilangkan kelangkaan. Sehingga, waktu, tenaga, dan uang yang sebelumnya digunakan untuk mengatasi kelangkaan menjadi lebih bebas.
Menurunnya atau menghilngnya upaya dalam mengatasi kelangkaan inilah yang secara otomatis mengubah segala aspek dalam kehidupan sosial masyarakat, termasuk juga lapangan pekerjaan.
Semakin ke sini bahkan tenaga manusia sudah tidak dibutuhkan dan digantikan oleh teknologi yang lebih canggih.
Lantas, mengapa bisa ada revolusi industri 4.0?
Revolusi Industri 1.0
Dimulai dari revolusi industri 1.0 yang merupakan rebolusi pertama yang terjadi dan berlangsung pada abad ke-18. Sebab, tidak akan terjadi revolusi industri 4.0 tanpa adanya revolusi industri 1.0.
Revolusi inilah yang paling sering dibicarakan, di mana perubahan ini ditandai dengan penemuan mesin uap yang digunakan untuk memproduksi suatu barang.
Penemuan ini termasuk penemuan terpenting sepanjang sejarah kehidupan manusia.
Karena sebelum digunakannya mesin uap sebagai proses produksi, manusia hanya bisa mengandalkan tenaga otot, hewan, air, dan angin untuk menggerakkan apapun yang berkaitan dengan proses produksi.
Di sinilah masalahnya, otot manusia ataupun hewan memiliki keterbatasan. Butuh istirahat berkala yang artinya proses produksi menjadi butuh waktu lama.
Sementara tenaga angin dan air hanya bisa digunakan dekat air terjun atau daerah pegunungan yang memakan waktu untuk mencapainya, juga tidak bisa digunakan 24 jam dalam sehari.
Dengan hadirnya mesin uap sebagai alat produksi, kini proses penggilingan tidak lagi memakan waktu lama dan tidak perlu dilakukan didekat air terjun atau pegunungan.
Waktu perjalanan jalur laut pun bisa terpangkas jauh.
Tidak ada lagi tenaga yang dibatasi oleh otot, angin, dan air.
Maka, biaya produksi menjadi lebih hemat dan manusia bisa dipekerjakan di bidang lain.
Namun, banyak pula dampak negatif yang dihadirkan dari adanya revolusi industri 1.0.
Digadang-gadang, revolusi industri 1.0 merupakan titik awal pencemaran lingkungan yang sedang marak dicegah kini.
Di mana asap mesin uap dan limbah-limbah pabrik lainnya menjadi penjajah jenis baru.
Revolusi Industri 2.0
Revolusi industri tidak hanya sekali, terjadi kembali revolusi industri ke dua pada abad ke-20.
Namun, memang revolusi industri kali ini tidak terlalu banyak dipelajari ketimbang revolusi industri 1.0.
Pada masa ini memang proses produksi sudah mengandalkan mesin.
Tenaga-tenaga manusia, hewan, ataupun angin dan air sudah banyak digantikan oleh tenaga uap dan mulai digantikan dengan tenaga listrik.
Namun demikian, proses produksi di pabrik masih sangat berat, terutama pabrik transportasi.
Sistem pengangkutan pabrik masih sangat berat, sehingga semua komponen harus diproduksi di tempat yang sama.
Setiap alat transportasi, dalam hal ini mobil, dirakit oleh seorang tukang yang keahliannya general.
Artinya, dialah satu-satunya yang merakit mobil dari awal hingga menjadi barang utuh.
Proses ini tentu sangat menyusahkan, terutama untuk pabrik yang harus menghasilkan produk secara massal atau dalam jumlah banyak.
Artinya, setiap tukang harus bisa banyak hal, memasang ban, memasang mesin, dan lain sebagainya.
Tentu butuh waktu yang panjang untuk merakit satu mobil ke mobil berikutnya.
Kemudian, revolusi terjadi dengan lahirnya sistem “lini produksi” yang menggunakan ban berjalan yang digerakkan dengan menggunakan listrik.
Proses produksi jadi berubah total. Tidak ada lagi satu orang untuk merakit satu mobil utuh, melainkan ada pembagian kerja yang terorganisir.
Di mana satu orang kini hanya mengurusi satu bagian saja atau spesialisasi.
Revolusi industri 2.0 berdampak besar pada kondisi militer saat Perang Dunia 2 (PD 2).
Meski revolusi industri 2.0 sudah bisa dirasakan sejak PD 1, namun di PD 2 inilah yang efeknya sangat terasa.
Di mana pabrik-pabrik yang menggunakan lini produksi dan ban berjalan, berhasil memproduksi ribuan tank, pesawat, senjata, dan kebutuhan perang lainnya.
Revolusi Industri 3.0
Revolusi industri ketiga adalah saat otomisasi dilakukan hampir di seluruh dunia.
Revolusi industri 3.0 terjadi pada tahun 1970, berlanjut ke tahun 1990an hingga saat ini, karena sebagian negara masih menerapkan industri ini.
Setelah mengubah tenaga otot menjadi uap, produksi paralel menggunakan listrik dan mesin berjalan, selanjutnya apa yang terjadi pada revolusi industri 3.0?
Pada revolusi industri pertama dan kedua bisa kita lihat, bahwa faktor yang diubah adalah tenaga produksinya dan manusia masih cukup berperan dalam proses produksi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Nah, pada revolusi industri 3.0, faktor yang diubah adalah manusia itu sendiri.
Adanya revolusi industri 3.0 ini, menggeser era industri yang perlahan berakhir dan digantikan dengan era informasi.
Bukan lagi mesin uap, ban berjalan, atau listrik yang menggantikan proses produksi, melainkan mesin-mesin yang bergerak dan berpikir otomatis layaknya manusia, yaitu komputer dan robot.
Pada masa ini, komputer merupakan bawang mewah yang memiliki fungsi tercanggih yang pernah ada.
Komputer pertama yang dikembangkan dan yang paling berperan penting pada masa PD 2 adalah komputer untuk memecahkan kode buatan Nazi Jerman bernama Colossus.
Colossus adalah mesin komputer raksasa yang besarnya seperti seluas ruangan tidur.
Komputer ini tidak memiliki RAM dan belum menggunakan keyboard. Semua kendali dijalankan melalui pita kertas.
Setelah PD 2 selesai, kemajuan teknologi yang semakin pesat membuat ukuran komputer semakin mengecil dan listrik yang dibutuhkan semakin sedikit.
Hal ini bisa terjadi karena penemuan semi konduktor, disusul transistor, dan integrated chip.
Barulah kemudian komputer ini dipasangkan di mesin-mesin untuk mengoperasikan lini produksi, sehingga tidak lagi memerlukan tenaga manusia.
Seluruh proses produksi jadi berjalan otomatis dan terjadinya penurunan tenaga kerja untuk beberapa pekerjaan.
Seiring perkembangannya, semakin banyak mesin-mesin yang dilengkapi dengan sistem komputasi. Sebab, penggunaan sistem ini membuat proses produksi lebih cepat dan efisien.
Sederhananya, komputer menjadi otaknya dan robot berupa mesin menjadi tangan-tangannya.
Sampai di sini, kemunculan komputer dan robot masih dapat dikatakan menjadi “penolong” manusia, bukan menggantikannya.
Meski demikian, tetap revolusi ini mengubah sistem dalam masyarakat.
Negara maju bahkan sudah banyak berubah dari sistem ekonomi industri menjadi ekonomi informasi.
Perubahan ini sekaligus berdampak pada berubahnya data analog menjadi data digital seperti yang dirasakan kini.
Revolusi Industri 4.0
Selanjutnya, beberapa tahun belakangan ada istilah baru yang kita kenal sebagai revolusi industri 4.0.
Konsep ini pertama kali mencuat ke publik dalam pameran industri Hannover Messe di kota Hannover, Jerman pada tahun 2011 lalu.
Pada acara in pulalah dikenal istilah revolusi industri 2.0 dan 3.0 yang mulanya dikenal luas dengan sebutan “Revolusi Teknologi” dan “Revolusi Digital”.
Mengapa diubah?
Sebab, sebetulnya semua revolusi industri yang terjadi memang sama dasarnya.
Perhatikan, revolusi industri 2.0 tidak akan pernah muncul jika tenaga otot, air, dan angin masih diandalkan.
Revolusi 3.0 juga tidak akan muncul jika lini produksi tidak disempurnakan dengan komputer dan robot.
Jadi, pada revolusi industri 4.0 ini sudah pasti menggunakan komputer dan robot sebagai dasarnya.
Namun demikian, ada perbedaan antara revolusi industri 4.0 pada negara berkambang seperti Indonesia dengan negara-negara maju.
Perbedaan tersebut berkaitan dengan realitas ekonomi, kondisi sosial, dan kondisi politik yang berbeda, sehingga diperlukan solusi yang sesuai dan tepat pada berbagai sektor untuk penyesuaian.
Ditambah lagi, terjadinya revolusi industri 4.0 berarti harus siap merelakan banyak sektor untuk digantikan kerjanya oleh robot dan tentunya akan berdampak pada hilangnya lapangan pekerjaan.
Sebab, sejatinya revolusi industri 4.0 merupakan perpaduan dari sistem teknologi fisik, digital, hingga biologis yang sepenuhnya mengubah cara hidup manusia.
Dimana revolusi industri 4.0 sekaligus melahirkan pilar-pilar teknologi baru yang mengubah sistem sosial, ekonomi, dan politik.
Pilar-pilar teknologi tersebut, yaitu internet of thinks (IoT), big data, cloud computing, rekayasa genetika, kecerdasan buatan, 3D printing, keamanan basis data digital, otomatisasi robotik, dan lain sebagainya.
Berikut ini penjelasan dari 10 pilar teknologi tersebut.
1. Internet of Things
Teknologi ini sangat santer terlihat pada revolusi industri 4.0.Internet of Things adalah kondisi di mana komputer-komputer mesin yang ada di pabrik tersambung ke internet.
Jadi, setiap masalah yang dialami lini produksi dapat dengan mudah segera diketahui pemilik pabrik.
Teknologi ini bisa melakukan transfer data secara otomatis tanpa bantuan manusia.
2. Big Data
Sesuai dengan namanya, Big Data adalah aplikasi server yang mampu menampung sebanyak-banyaknya data yang disimpan secara digital.
Dengan teknologi yang satu ini, keamanan data jadi terjamin.
Teknologi ini juga sudah banyak dimanfaatkan oleh bisnis Hosting Online yang berbekal website saja sudah bisa menyimpan banyak data.
3. Argumented Reality
AR adalah teknologi imigrasi benda dua dan tiga dimensi dari maya ke lingkungan yang nyata.
Dengan teknologi ini, benda-benda yang desainnya dibentuk secara digital dapat dengan mudah diaktualisasikan atau diwujudkan secara real time.
AR adalah teknologi yang biasa hadir di film-film detektif Hollywood. Namun, dengan perkembangan teknologi kini, besar kemungkinan terjadi.
4. Cyber Security
Sesuai dengan namanya, ini merupakan teknologi digital dalam hal pengamanan basis data perusahaan, pemerintahan, atau masyarakat luas dari serangan peretas.
Bagaimana pun juga ini harus diantisipasi, karena di zaman yang serba digital ini, semakin marak pencurian informasi yang bisa dijadikan alat untuk berbuat kejahatan.
5. Artificial Intelligence
Artificial Intelligence (AI) atau Kecerdasan Buatan kini tengah marak diperbincangkan, bahkan sudah banyak digunakna di Indonesia untuk berbagai kebutuhan, termasuk edukasi.
AI menggunakan sistem komputasi dengan kecerdasan tinggi layaknya manusia. Titik tumpu mesin ini hanyalah data yang diinput dalma perangkat.
6. Otomatisasi Robotik
Seperti yang sudah dijelaskan, otomatisasi robot adalah dasar adanya revolusi industri 4.0 lahir.
Robotlah yang pada akhirnya akan sangat diandalkan, karena selain biayanya lebih murah, robot bisa dibuat berinteraksi satu sama lain ataupun dengan manusia secara aman.
Apalagi jangkauan kemampuannya sangat luas dalam industri manufaktur saat ini.
7. Simulasi
Simulasi biasanya digunakan pada pengoperasian produksi pabrik guna meningkatkan data real time dan menggambarkan dunia fisik dalam model virtual.
Simulasi memungkinkan operator untuk menguji coba dan pengoptimalan pengaturan alat pada produk berikutnya, sehingga dapat mengurangi waktu pemasangan dan meningkatkan kualitas produk.
8. System Integration
Sistem integrasi merupakan suatu rangkaian yang menghubungkan beberapa sistem secara fisik maupun fungsional.
Sistem ini menggabungkan komponen sub sistem ke dalam satu sistem yang menjamin setiap fungsinya dapat berjalan sebagai suatu kesatuan.
Dengan adanya revolusi industri 4.0, perusahaan, organisasi, dan lainnya akan memiliki jaringan yang saling berhubungan.
9. Addictive Manufacture
Banyak perusahaan yang mengadopsi teknologi ini, misalnya pencetakan mesin 3D. Adanya revolusi industri 4.0 ini membuat metode manufaktur adiktif secara luas digunakan untuk menghasilkan sejumlah kecil produk yang menawarkan keuntungan konstruksi.
10. Cloud Computating
Cloud Computating merupakan salah satu teknologi di era revolusi industri 4.0 yang menjadikan internet sebagai pusat pengelolaan seluruh data dan aplikasi.
Teknologi inilah yang membuat pengguna komputer memiliki hak akses server virtual.