Mengenal Ekonomi Hijau untuk Lingkungan Lebih Sejahtera
Istilah ekonomi hijau atau Green Growth akhir-akhir ini kerap muncul di tengah masyarakat.
Khususnya setelah pemerintah Indonesia mempersiapkan berbagai program Green Growth.
Program yang digadang-gadang dalam Green Growth ini tidak lain adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Seperti apa program yang dicanangkan pemerintah ini dan sebenarnya apa itu ekonomi hijau?
Jika Sahabat Tedas.id belum tahu bisa menyimaknya dulu hingga akhir di artikel ini ya.
Apa Itu Ekonomi Hijau?
Definisi Green Growth sendiri sudah diartikan oleh berbagai pihak termasuk pemerintah Indonesia.
Bagi pemerintah ekonomi hijau adalah pembangunan yang pusatnya ada di pendekatan efisiensi sumber daya.
Ekonomi juga mendapatkan penekanan kuat di internalisasi biaya serta penipisan sumber daya alam yang menjadikan degradasi lingkungan.
Menurut International Chamber of Commerce pengertian dari ekonomi hijau adalah pertumbuhan ekonomi serta tanggung jawab lingkungan yang seharusnya saling bekerja sama.
Sedangkan UNEP mengartikan bahwa ekonomi hijau ialah sistem kegiatan ekonomi yang memiliki kaitan dengan distribusi, produksi serta konsumsi barang dan jasa.
Konsumsi tersebut memberikan kesejahteraan masyarakat jangka panjang, hanya saja membuat generasi berikutnya memiliki risiko lingkungan yang cukup signifikan bahkan sampai ke kelangkaan ekologis.
Merangkum semua pengertian tersebut maka bisa disimpulkan bahwa ekonomi hijau merupakan gagasan ekonomi yang tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan sosial.
Berdasarkan gagasan tersebut maka risiko kerusakan lingkungan bisa diminimalisir.
Di mana perekonomian tidak menciptakan emisi karbondioksida yang mempengaruhi lingkungan sekitar.
Faktor Pendukung Ekonomi Hijau di Indonesia
Apabila menilik dari pengertiannya, apakah mungkin jika Green Economy ini bisa diterapkan di Indonesia dengan baik?
Tentu saja bisa, buktinya pemerintah Indonesia telah mencanangkan program RPJMN 2020-2024.
Bukan hanya itu, masih ada faktor-faktor yang mendukung ekonomi hijau di Indonesia seperti:
- Memiliki Sumber Daya Manusia yang berdaya saing tinggi, buktinya banyak produktivitas usaha skala kecil yang berkembang.
- Indonesia memiliki modal alam yang sangat luas untuk dikembangkan seperti sektor perikanan, terumbu karang, kehutanan dan masih banyak lagi.
- Ada banyak UU dan Perda yang mengatur soal pembangunan berkelanjutan yang merusak lingkungan hidup
Tantangan Terbesar Penerapan Ekonomi Hijau
Memperhatikan pengertian ekonomi hijau, bisa dikatakan bahwa saat ini sangat penting untuk diperhatikan dan diterapkan oleh banyak masyarakat terutama di Indonesia.
Seperti yang disebutkan bahwa pemerintah Indonesia berupaya menerapkan ekonomi hijau ini pada program RPJMN.
Program ini memiliki tiga prioritas yakni peningkatan kualitas lingkungan kemudian peningkatan ketahanan bencana dan perubahan iklim.
Prioritas terakhir adalah untuk melakukan pembangunan yang rendah karbon.
Namun, pada penerapannya tidaklah mudah, bukan hanya pada program ini saja.
Secara umum, mengubah kebiasaan ekonomi lama yang merusak lingkungan ke hal baru yang lebih baik butuh waktu dan juga edukasi.
Oleh karena itu pada penerapannya ada beberapa tantangan yang dihadapi yaitu:
1.Pemahaman Konsep Green Economy yang Rendah
Tantangan pertama yang sudah pasti adalah kesadaran atau pemahaman masyarakat akan Green Economy di Indonesia masih sangat rendah.
Padahal dengan kesadaran akan lebih mudah untuk mengubah kebiasaan lama menjadi lebih baru yang ramah lingkungan.
Kehadiran tantangan inilah yang membuat penerapan Green Economy menjadi tersendat.
Pemerintah pun telah berupaya untuk melakukan sosialisasi ke masyarakat soal ini.
2.Masih Tergantung pada Ekspor Batu Bara
Sampai saat ini ekonomi Indonesia masih banyak bergantung pada ekspor non migas dari batu bara dan minyak sawit mentah.
Ketergantungan ekspor batu bara membuat ekonomi konvensional sampai saat ini masih menjadi tempat bergantung yang utama.
Bukan cuma ekspor, sektor energi di Indonesia sebagian besar masih memanfaatkan batu bara.
Sebagian besar pasar masih yakin bahwa batu bara adalah sumber energi yang murah.
3.Sektor Pembiayaan yang Masih Terbatas
Terakhir adalah berhubungan dengan biaya. Pembiayaan untuk menggunakan Energi Baru Terbarukan (EBT) menggantikan batu bara masih cukup rendah.
Sehingga tidak heran jika banyak pasar yang membandingkan EBT dengan batu bara. Ujung-ujungnya batu bara masih saja lebih murah.
Ketiga tantangan dalam mewujudkan ekonomi hijau ini perlu segera diatasi sehingga penerapannya bisa lebih menyeluruh.
Bukan hanya pemerintah Indonesia saja yang harus bergerak untuk menerapkan ekonomi hijau dengan baik.
Masyarakat juga perlu ikut serta mendukung program-program yang sudah dicanangkan sehingga ekonomi dan lingkungan lebih baik bisa dirasakan generasi selanjutnya.